Janganmenilai orang dari masa lalunya karena kita semua sudah tidak hidup disana, semua orang bisa berubah ,biarkan mereka membuktikanya
141views, 0 likes, 0 loves, 0 comments, 5 shares, Facebook Watch Videos from Ukhty_muslimah: Jangan menilai orang dari masa lalunya tapi lihatlah sejauh mana dia berubah untuk menjadi lebih baik
_Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh_* MENILAI SESEORANG οΈ Ustadz Firanda Andirja, MA ΨΩΨΈΩ Ψ§ΩΩΩ ΨͺΨΉΨ§ΩΩ β Jangan pernah menilai seseorang dengan melihat masa lalunya. β Betapa
5alasan untuk gak milih wanita dari penampilan luarnya saja. Yang tertutup belum tentu suci. Ubahsuai Menarik Dalam Apartmen 35 Tahun Dengan Sentuhan Rustik Selama hidup, nabi muhammad saw banyak mengajarkan kepada semua sahabat dan ummatnya untuk selalu tidak menilai orang dari penampilan luarnya saja. Jangan menilai orang dari luarnya. Salah seorang sahabatnya, al aqra
Janganlupa like share dan subscriber ya teman teman agar saya bisa semangat buat konten lagi πππ story wa bantu like dan subscriber ya teman teman
Pfnqre. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Setiap orang pasti memiliki masa lalu. Masa lalu adalah masa dimana kita mengukir banyak cerita hidup yang tidak akan pernah bisa dihapus lagi. Namun apakah menilai seseorang dari masa lalunya merupakan suatu yang tepat ? Tentu saja tidak dan saya yakin kita semua setuju bahwa masa lalu tidak akan pernah menjadi karakter seseorang. Dimana manusia itu sendiri sifatnya dinamis, selalu ada perubahan, jangankan perunahan karakter, kata-katanya saja bisa cepat waktu yang lalu, saya bersama teman-teman asyik membahas kisah-kisah masa lalu yakni ketika memulai hidup membiara. Singkat cerita bahwasanya akan selalu ada orang yang meninggalkan panggilannya ditengan perjalanan. Meninggalkan panggilan tentu saja bukan tanpa alasan, mereka meninggalkan panggilannya tentu karena menemukan jalan lain yang menurutnya lebih membahagiakan panggilan bukanlah sesuatu kesalahan yang fatal, bukan juga karena ke egoisan namun ada hal-hal yang dianggap tidak mampu. Nah, ketika menyinggung nama-nama tersebut seorang teman langsung menjudge, bahwa teman-teman yang meninggalkan panggilannya adalah orang-orang yang memiliki masa lalu yang kelas. The endSaya terkejut mendengar kesaksian itu. Saya berpikir, apakah Tuhan pernah memperhitungkan masa lalu seseorang untuk menjadi pengikutnya? Rasanya tidak. Panggilan itu misteri jadi jangan dihubung-hubungkan dengan masa lalu yang pernah kita menilai seseorang dari masa lalunya, hanya karena kita tahu dulu dia pernah tidak baik, pernah tidak benar, lantas kita berhak untuk menghinanya. Sungguh kita harus ingat bahwa penghakiman itu milik Allah, dan tentu saja Allah mempunyai cara tersendiri untuk menobatkannya, menegurnya. Boleh jadi kondisi seseorang saat telah bertaubat menjadi lebih baik dari keadaannya sebelumnyaMaka, berhentilah meng ghibahinya dan menyindirnya hanya karena dia seorang yang dulu pernah memiliki aib, apalagi jika saat ini dia jelas-jelas memilih jalan untuk bertobat, jangan pernah kita ungkit-ungkit lagi masa lalunya. bijaksanalah dalam bersikap dan berbibacara, karena seburuk apapun masa lalu seseorang itu jangan pernah kita mencacinya, menghinanya, menghardiknya, dan meremehkannya. Ketahuilah, bahwa kita ini hidup untuk masa depan, bukan untuk masa lalu. Maka tak semetinya kita terus mengaitkan bagaimana kehidupannya yang sekarang dengan masa lalunya dulu. Jika sekarang dia telah berubah menjadi lebih baik, maka jangan lagi kita persoalkan masa lalunya yang kelam. Allah saja yang maha segalanya selalu saja membuka pintu maaf untuk kita, apalagi kita sebagai manusia yang juga takkan pernah luput dari kesalahan dan dosa. Lantas tidaklah pantas jika kita terus saja menghakimi seseorang hanya karena masa lalunya yang kelam. Seharusnya, jika sekarang dia telah berubah menjadi lebih baik, kita harus mendukung dan membantunya agar dia bisa tetap setia dan tekun untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Namun jika kita tidak bisa membantunya berubah menjadi seseorang yang lebih baik lagi, maka janganlah kita menghakimi, menghardiknya dan mengucilkannya. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Entah kenapa, hari ini banyak orang gemar membicarakan masa lalu seseorang? Katanya ber-akhlak tapi senang membahas sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Lupa ya, masa lalu itu hanya kenangan. Sudah terlewati dan tidak lagi berpengaruh di hari ini. Maka simpan saja masa lalu sebagai pelajaran. Untuk masa depan yang lebih pernah menilai seseorang dari masa lalunya. Apa karena orang lain masa lalunya jelek, lalu kita baik? Atau karena kita senang bergaul dengan orang-orang yang gemar bergosip bahkan bergibah? Memangnya, kita membantu apa pada mereka. Terus bila masa lalu seseorang buruk, apa kita pasti baik?. Kita menjelek-jelekkan masa lalu orang lain. Tapi kita sendiri hanya bicara dan berpikir yang jelek tanpa mampu berbuat yang baik secara nyata, kok bisa? Manusia sering lupa. Sejatinya, hampir semua manusia pasti memiliki masa lalu yang kelam. Jauh dari sunnah Allah SWT, jauh dari hidayah, bahkan terombang-ambing dalam kemaksiatan yang nista. Bukankah banyak sahabat Rasulullah yang dahulunya pelaku kemaksiatan, peminum khamar, penjudi bahkan pelaku kesyirikan? Akan tetapi, tatkala cahaya hidayah menyapa mereka. Jadilah, mereka sebagai generasi terbaik yang pernah ada di atas muka bumi ini. Maka bisa jadi, kita adalah salah satu dari mereka yang memiliki masa lalu kelam. Lalu, kenapa kita sudi menilai seseorang hanya dari masa lalunya? Sekali lagi, masa lalu untuk siapapun hanya sebatas kenangan dan pelajaran. Justru, sebaik-sebaik manusia adalah pada akhirnya. Seperti diriwayatkan, "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya." HR. Bukhari, No. 6607. Amalan itu ada yang jelek, ada yang bagus. Amalan yang sangat manusiawi lagi lumrah. Tapi, amalan yang terbaik ada pada akhirnya. Amalan yang dilakukan di akhir umur kita. Sebagai penentu atas balasan yang dihisab. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad. Bisa jadi, seseorang yang dinilai buruk masa lalunya. Namun dalam batinnya kini, masih ada benih kebaikan dan istikomah bertindak baik. Maka di situlah, seseorang dapat meraih husnul khotimah, bukan suul pernah menilai seseorang dari masa lalunya. Cukup jadikan masa lalu sebagai hikmah dan pelajaran. Untuk terus bergerak dan bertindak baik di manapun. Mumpung masih ada waktu, masih ada umur yang tersisa. Agar menjadikan semua aktivitas sebagai ladang amal. Menebar manfaat dan kebaikan kepada orang lain. Maka, janganlah menilai seseorang dari masa lalunya. Karena yang menjadi acuan adalah kesudahan seseorang saat meninggal dunia. Dalam keadaan baik atau buruk yang dilakukannya, bukan pada masa lalunya. Salam literasi PegiatLiterasi TamanBacaan TBMLenteraPustaka Lihat Sosbud Selengkapnya
jangan menilai orang dari masa lalunya